Sabtu, 21 Januari 2012

ILMU ALAMIAH DASAR (3)


3.              MITOS
Mitos Melempar Rokok

WARGA Bandung, khususnya yang bermukim di Bandung Utara, pasti mengenal tanjakan Emen di Kab. Subang. Jalan menanjak dari arah Subang yang dimulai sebelum mulut jalan ke pintu objek wisata air panas Ciater hingga mulut jalan objek wisata Gunung Tangkubanparahu ini terkenal sebagai tanjakan maut.

 Kata "Emen" menjadi legenda di kalangan sopir atau warga sekitar. Kenapa tanjakan ini diselimuti mitos? Kecelakaan yang hampir terjadi setiap tahun membuat tanjakan yang mempunyai elevasi 59 derajat ini "ditakuti" pengemudi kendaraan.

 Dulu, pada siang hari situasi di sekitar tanjakan Emen memang sepi. Pada malam hari, suasananya menjadi agak mencekam karena ada bau belerang yang menyengat. Suasana semakin dramatis karena tanjakan Emen diapit lembah, bukit, dan perkebunan teh yang banyak ditumbuhi pohon cemara.

 Mitos yang menyelimuti tanjakan Emen menyebar dari mulut ke mulut. Ada berbagai versi yang berkembang di masyarakat sekitar. Menurut warga, Emen adalah nama seorang pria yang menjadi korban tabrak lari. Mayat Emen oleh penabraknya disembunyikan di rimbun pepohonan di lokasi yang sekarang disebut tanjakan Emen. Sejak saat itu, arwah Emen mengganggu siapa saja yang lewat di tanjakan itu.

 Versi lain menyebutkan, Emen adalah seorang sopir pemberani yang biasa mengemudikan oplet jurusan Bandung-Subang. Konon saat itu, Emen dikenal sebagai satu-satunya sopir yang berani mengemudikan kendaraan pada malam hari. Tahun 1964, ketika mengangkut ikan asin dari Pasar Ciroyom, Kota Bandung menuju Kab. Subang, kendaraannya terbalik dan terbakar. Nahas bagi Emen, dia terbakar hidup-hidup hingga tewas.

Lempar puntung

 Setelah kejadian itu, petaka sering terjadi di tanjakan Emen. Kejadian rem blong, bus tergelincir, dan kendaraan terperosok kerap terjadi di jalur ini. Begitu juga menurut pengakuan warga, kejadian-kejadian aneh seperti mogok disertai kesurupan sering dialami sopir atau penumpangnya. Anehnya, kendaraan yang mogok terjadi apabila seseorang yang melalui jalan itu bersikap sompral dan sombong.

 Masih menurut penuturan warga, kejadian itu hilang begitu saja ketika sebatang rokok dinyalakan dan dilempar ke pinggir jalan sebagai simbol memberikan rokok kepada arwah Emen. Konon, Emen amat gandrung merokok saat mengemudi.

 Penyebab kecelakaan ini sebenarnya posisi turunan atau tanjakan Emen terbilang cukup ekstrem. Dengan kemiringan sekitar 45-50 derajat sepanjang kurang lebih 2-3 km, jalan ini memiliki tikungan tajam, sehingga memaksa sopir piawai dan ekstra hati-hati memegang kemudi.

 Kini tanjakan Emen telah diperlebar, dua jalur menanjak dan satu lajur menurun. Dua lajur menanjak memberi kesempatan bagi pengemudi berkonsentrasi menjaga laju kendaraannya saat mendaki. Sementara satu lajur menurun agar pengemudi tetap berhati-hati menjaga keseimbangan gas dan rem supaya mobil tetap terkendali.

 Suasana di sepanjang tanjakan pun sudah tidak sesunyi dulu. Selain ramai penjaja makanan, bengkel darurat pun tersedia, seperti servis kopling, rem, bensin, dan tambal ban.

Tiga tahun terakhir

Tanjakan Emen memang dikenal sebagai daerah angker bahkan sempat mendapat julukan "jalur tengkorak" sebelum diperlebar jalannya menjadi tiga lajur mulai dari gerbang Hotel Grasia hingga gerbang Tangkubanparahu atau sepanjang 10 kilometer.

Semenjak diperlebar kecelakaan berkurang kecuali yang diakibatkan oleh faktor kendaraan atau kekurang hati-hatian dengan tidak mengubah perseneling ke rendah.

Tahun 2010 praktis tidak ada kejadian yang luar biasa dan hanya kerusakan kendaraan atau luka ringan dialami oleh truk dan sepeda motor, kecuali pada tahun 2009 pada bulan September di TKP yang sama bus pariwisata PO Parahyangan nopol B 7123 YK yang dikemudikan oleh Sukardi (37) berpenumpang 37 orang terguling setelah sebelumnya menabrak sedan Timor nopol D 1316 TC warna merah yang ada didepannya hingga menewaskan 8 orang.

SUMBER: www.google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar