Nama : Dani Permana
Kelas :
3DA01
NPM : 41211718
Peranan Manajer dalam Pengelolaan Manajemen Informasi
Pengertian Manajer
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis beberapa tahun
ini sangatlah cepat dan membuat pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus
bekerja keras agar keberadaanya tetap diakui oleh pelanggan mereka. Begitu pun
dengan peranan manajer dalam perusahaan. Manajer adalah seseorang yang sangat
penting dalam suatu perusahaan karena manajer orang yang mengatur segala
sesuatu di dalam perusahaan baikdalam pekerjaan maupun karyawan tanpa manajer
perusahaan tidak akan bisa bergerak maka di sini peranaan manajer dalam
pengelolaan informasi sangatlah perlu.
Berdasarkan
uaraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa peranan manajer bagi
perusahaan atau organisasi dipandang sangat urgent atau penting. Karena melihat
peran dan manfaatnya bagi keberlangsungan dan keberhasilan
perusahaan/organisasi yang harus menyesuaian dengan lingkungan yang penuh
perkembangan dan perubahan serta kian pesatnya baik informasi maupun teknologi.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
- Apakah yang dimaksud dengan manajer?
- Apa yang di maksud etika manejerial ?
- Jelaskan Peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam
organisasi?
PEMBAHASAN
Manajer
adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu
perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi
pekerjaan yang mengepalai beberapa. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin
cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau
organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum
yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda.
Tingkatan manajer Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering
dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini
pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan
lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan
manajer mulai dari bawah ke atas:
- Manejemen lini pertama (first-line
management), dikenal pula
dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling
rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang
terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor),
manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen,
atau mandor (foreman).
- Manajemen tingkat menengah (middle
management), mencakup
semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen
puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek,
manajer pabrik, atau manajer divisi.
- Manajemen puncak (top
management), dikenal pula
dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan
dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan.
Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO
(Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
Meskipun
demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan
menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang
lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim
karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
2. Etika manajerial
Etika manajerial adalah standar
prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori
klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
3. Pengertian Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson (Conflict
Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a)
Konflik vertikal yang terjadi
antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah,
manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik
bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan
tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
b)
Konflik Horisontal, yang terjadi
di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam
perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang
tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
c)
Konflik di antara staf lini, yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara
divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap
akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding
sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan
menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya
antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan
produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya
mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya
manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
d) Konflik peran berupa kesalahpahaman
tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi
antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki
lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
Faktor penyebab konflik
- Perbedaan individu, yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap
manusia adalah individu yang unik.
Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk
membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu,
pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan
membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan
kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan
ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat
terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik
antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri
dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial
sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang
disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai
tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian
waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Penyebab Konflik
Konflik
dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:
- Batasan pekerjaan yang tidak
jelas
- Hambatan komunikasi
- Tekanan waktu
- Standar, peraturan dan
kebijakan yang tidak masuk akal
- Pertikaian antar pribadi
- Perbedaan status
- Harapan yang tidak terwujud
Pengelolaan Konflik
Konflik
dapat dicegah atau dikelola dengan :
- Disiplin : Mempertahankan disiplin
dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat
harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam
organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
- Pertimbangan Pengalaman dalam
Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai
tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat
junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang
berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
- Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik
akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang
dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan
komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat
dijadikan sebagai satu cara hidup.
- Mendengarkan secara aktif : Mendengarkan secara aktif
merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa
penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar,
mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda
bahwa mereka telah mendengarkan.
Teknik Atau
Keahlian Untuk Mengelola Konflik
Ada
beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada :
- Konflik itu sendiri
- Karakteristik orang-orang
yang terlibat di dalamnya
- Keahlian individu yang
terlibat dalam penyelesaian konflik
- Pentingnya isu yang
menimbulkan konflik
- Ketersediaan waktu dan tenaga
Strategi
Dalam Menyiasati Konflik
a)
Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b)
Mengakomodasi
Memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya
apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan.
Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c)
Kompetisi
Gunakan
metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
d)
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing
memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan
menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan
semua pihak.
e)
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
- Pemecahan sama-sama menang
dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
- Perlu adanya satu komitmen
dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.
Petunjuk
Pendekatan Situasi Konflik
Ada
beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
- Diawali melalui penilaian
diri sendiri
- Analisa isu-isu seputar
konflik
- Tinjau kembali dan sesuaikan
dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
- Atur dan rencanakan pertemuan
antara individu-individu yang terlibat konflik
- Memantau sudut pandang dari
semua individu yang terlibat
- Mengembangkan dan menguraikan
solusi
- Memilih solusi dan melakukan
tindakan
- Merencanakan pelaksanaannya.
Pendekatan
Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pola penelitian
berupa pengumpulan data yang ada di keperpustakaan dan berupa teori serta hasil
observasi dilapangan yang ada tentang peranan manajer dalam pengelolaan konflik
dalam suatu organisasi.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian
Tempat penelitian ini berada dimana satuan unit kerja ini bergerak dalan
program pendidikan berkelanjutan. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan
mulai 11 Januari sampai dengan 20 Januari 2010 selama jam kerja berlangsung.
C.
Variabel Penelitian
Variable
yang digunakan yaitu:
- Variabel bebas
:
Peranan Manajer
- Variabel
terikat :
Pengelolaan Konflik Organisasi
D. Populasi dan
Sampel
1.
Populasi Penelitian
Populasi
penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh
individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan
diambil dalam suatu penelitian.
2.
Sampel Penelitian
Sampel
penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.
H. Analisis Data
Dari hasil penelitian yaitu berupa pengumpulan data yang ada baik yang
dari perpustakaan, data yang dari pengamatan peneliti serta data pendukung
lainya maka metode analisis datanya berupa semua hal yang ada berupa analisis
berdasarkan kualitatifnya. Selain itu peneliti juga menggunakan analisis
deskriptif yang menggambarkan keadaan yang ada.
HASIL PENELITIAN
DAN ANALISIS DATA
4.
Peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam organisasi
4.1 Peran Manajer
Dalam Manajemen Konflik
Dalam upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini
disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung
mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan
atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia,
tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang
berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani
secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan
menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat.
Untuk itulah diperlukan upaya untuk mengelola konflik secara serius agar
keberlangsungan suatu organisasi tidak terganggu. Stoner mengemukakan tiga cara
dalam pengelolaan konflik, yaitu:
merangsang
konflik di dalam unit atau organisasi yang prestasi kerjanya rendah karena
tingkat konflik yang terlalu kecil. Termasuk dalam cara ini adalah:
1)
minta bantuan orang luar
2)
menyimpang dari peraturan (going against the book)
3)
menata kembali struktur organisasi
4)
menggalakkan kompetisi
5)
memilih manajer yang cocok
- meredakan atau menumpas
konflik jika tingkatnya terlalu tinggi atau kontra-produktif
- menyelesaikan konflik metode
penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:
1)
dominasi dan penguasaan, hal ini dilakukan dengan cara paksaan, perlunakan,
penghindaran, dan penentuan melalui suara terbanyak.
2)
kompromi
3)
pemecahan masalah secara menyeluruh
Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan lewat perundingan. Cara
ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk
menemukan suatu penyelesaian maksimum yang menguntungkan kedua belah pihak.
Melalui perundingan, kepentingan bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian
yang paling memuaskan. Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan
dengan cara :
a.
pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian
b.
keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat bisa jadi tidak terbuka apalagi
jika konflik terjadi dalam hal-hal sensitif dan dalam suasana yang emosional
c.
belajar empati, yaitu dengan melihat kondisi dan kecemasan orang lain
sehingga didapatkan pengertian baru mengenai orang lain
d.
mencari tema bersama, pihak-pihak yang terlibat dapat dibantu dengan cara
mencari tujuan-tujuan bersama
e.
Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencari alternatif
untuk menyelesaikan persoalan yang diperselisihkan.
f.
Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif-alternatif
penyelesaian hendaknya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan
memberikan tanggapan
g.
Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara
mendalam dapat diperoleh suatu konsensus untuk menetapkan suatu penyelesaian
h.
Membuka jalan buntu, kadangkala ditemukan jalan buntu sehingga pihak
ketiga yang obyektif dan berpengalaman dapat diikutsertakan untuk menyelesaikan
masalah
i.
Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam kelompok, setelah
dihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak yang terlibat dapat
memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan mengikatkan diri pada
penyelesaian itu
j.
Mengikat seluruh kelompok, tahap terakhir dari langkah
penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari
pihak-pihak yang terlibat konflik.
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara :
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara :
a.
bersaing
b.
kolaborasi
c.
mengelak
d.
akomodatif
e.
kompromi
Cara lain juga dikemukakan Theo Riyanto, yaitu dengan secara dini
melakukan tindakan yang sifatnya preventif, yaitu dengan cara :
a.
menghindari konflik
b.
mengaburkan konflik
c.
Mengatasi konflik dengan cara:
1).
Dengan kekuatan (win lose solution)
2).
Dengan perundingan
4.2 Pandangan
Manajer Mengenai Konflik
Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena
adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar
atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang
terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. Pandangan
itu adalah sebagai berikut :
·
Pandangan Tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa
semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif,
merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik
disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
·
Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View). Pandangan ini berargumen
bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan
organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu
keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
·
Pandangan Interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung
mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang
koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak
aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini,
konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga
kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
4.3 Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran
yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan
kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:
- Peran antar pribadi
Merupakan
peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan
simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan
penghubung.
- Peran informasional
Meliputi
peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru
bicara.
- Peran pengambilan keputusan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang
wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
Mintzberg
kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh
manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
Keterampilan manajer
Robert L.
Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan
dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional
skill). Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki
keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta
konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran
ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai
proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu,
keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana
kerja.
- Keterampilan berhubungan
dengan orang lain (humanity skill). Selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan
kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh
manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang
persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai
dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah,
maupun bawah.
- Keterampilan teknis (technical
skill). Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer
pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan
kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan
program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan
lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W.
Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh
kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort
digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam
per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah
$800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap
menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu
saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu
yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti
membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
- Keterampilan membuat
keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara
terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling
utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager).
Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang
manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap
alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik.
Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih
serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa peran manajer dalam mengelola konflik dalam suatu organisasi
itu sangan penting diantaranya:
1. Manajer sebagai
mediator dalam memecahkan masalah
2. Manajer sebagai
konsultan terhadap bawahan
3. Manajer sebagai
motivator terhadap organisasinya
4. Manajer
mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan
5. Seorang manajer
diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan
musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi . (2010) : Sistem Informasi
Manajemen. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar